Sobat Agile, apakah kamu sedang mencari cara yang asyik untuk belajar Agile dan Scrum? Jika iya, inilah artikel yang tepat untukmu.
Pandemi datang tak terduga dan meruntuhkan beberapa sektor usaha. Ada yang bangkrut perlahan, tapi ada juga yang justru melonjak naik perlahan.
Salah satu sektor usaha yang justru melonjak naik adalah usaha di bidang teknologi.
Banyak perusahaan yang kini mulai perlu mengadopsi teknologi digital untuk menjalankan dan memperluas jaringan bisnisnya. Sehingga permintaan akan pengembangan software pun terus meningkat.
Adanya tren permintaan pengembangan software menjadikan metodologi Agile dan Scrum menjadi kian populer. Bahkan kepopuleran Agile dan Scrum tak terbatas hanya bagi pengembang software, tapi juga bagi sebuah organisasi.
Sejatinya Agile adalah sebuah mindset yang diperlukan dalam menciptakan dan merespon situasi yang tidak menentu dan sarat akan perubahan.
Adanya Agile ini mendorong kita untuk berpikir dalam mengenali masalah apa yang terjadi, ketidakpastian apa yang sedang kita hadapi, dan bagaimana solusi dari masalah tersebut.
Sedangkan scrum adalah salah satu kerangka kerja yang pelaksanaannya menggunakan pendekatan Agile.
Kalau sobat Agile bekerja di sebuah perusahaan teknologi pasti sudah tidak asing dengan Agile dan Scrum. Namun, berbeda bila sobat Agile bukan berasal dari background teknologi dan ingin menerapkan Agile di organisasi atau perusahannya maka akan muncul pertanyaan.
“Bagaimana cara belajar Agile yang mengasyikkan, mudah dipahami, dan diterapkan?”
Nah, jawaban akan pertanyaan itulah yang akan kita bahas.
Analogi Belajar Agile Layaknya Mendaki Bukit Batu
Agar memudahkan kamu para sobat Agile, mari kita membuat permisalan. Belajar Agile dan Scrum itu ibarat kita akan melakukan perjalanan mendaki bukit.
Katakanlah kita punya dua cara mendaki bukit berbatu. Dua cara itu adalah sebagai berikut:
- Cara Perencanaan
- Cara Belajar
Apa maksudnya? Baiklah kita uraikan satu per satu ya.
Cara Perencanaan
Kita mulai dari jenis yang pertama yakni cara perencanaan. Cara memanjat bukit berbatu ini dimulai dengan melakukan survei geologi tentang komposisi bebatuan dan menentukan bahan terbaik yang digunakan sebagai paku nantinya.
Tak cukup dengan survei geologi saja, perlu dilakukan survei helikopter yang bisa melihat dari berbagai sisi untuk memindai batu dan menentukan koordinat terbaik penempatan paku selama proses pendakian.
Tak lupa sang pendaki pun menganalisis prediksi cuaca dengan mengolah data cuaca yang terjadi 25 tahun terakhir untuk menentukan tanggal terbaik pendakian.
Setelah semua persiapan matang dan hasil survei memuaskan, sang pendaki akhirnya melakukan pendakian.
Katakanlah sang pendaki berhasil memanjat bukit berbatu. Kira-kira sudah berapa banyak uang yang dihabiskan untuk sekedar melakukan survei? Tentu tidak sedikit, bukan?
Cara Belajar
Inilah cara yang disebut learning by doing. Cara belajar lebih menunjukkan pada praktek sebenarnya.
Pada cara kedua ini sang pendaki langsung berada di medannya. Ia sekilas melihat bebatuan dan mengetahui seberapa sulit medan yang akan ia daki.
Ia pun memutuskan kapan akan mendaki, peralatan apa yang dibutuhkan, dan segera saja ia mulai mendaki.
Setiap kali ia menancapkan paku di bebatuan maka ia akan mencermati dan menganalisa komposisi dari batuan tempat paku tersebut berada.
Apa yang ia pelajari? Tentu ia belajar apakah paku yang ia miliki cukup kuat untuk menembus batu. Jika kurang kuat, ia bisa menggantinya.
Ketika tancapan paku pada batu dirasa kurang stabil maka ia akan mencari tempat lain.
Beranjak dari paku satu ke paku berikutnya maka si pendaki sudah belajar tentang bebatuan dan cara mendaki.
Upaya yang dilakukan hanya satu hari dan biaya yang keluar hanya untuk perlengkapan mendaki. Lebih hemat, bukan?
Nah, kedua cara tadi menganalogikan tentang perjalanan belajar Agile.
Dalam mempelajari Agile dan Scrum, kamu tak harus tahu semuanya sekaligus. Kamu bisa perlahan langkah demi langkah memahaminya, justru cara inilah yang efisien.
Nah, seperti apa belajar tentang Agile dan Scrum dengan cara yang mengasyikkan? Yuk, simak sampai selesai ya.
1. Bertanya dan Belajar Agile & Scrum dari Orang yang Berpengalaman
Pernah mendengar pernyataan bahwa pengalaman adalah guru terbaik? Kalau pernah maka belajar dari orang yang sudah memiliki pengalaman adalah cara terbaik untuk belajar Agile.
Carilah orang yang punya pengalaman dengan Agile dan Scrum, tanyakanlah apa yang ingin kamu ketahui. Kalau perlu jadikan ia mentor atau coach.
Sekarang kamu tidak perlu bingung mencari Agile coach, karena Ekipa menyediakan Agile coach yang siap membantumu untuk belajar tentang Agile, Scrum, Sprint, dan lainnya.
Agile coach yang ada di Ekipa tidak kaleng-kaleng, loh, sobat Agile. Mereka sudah tersertifikasi dan punya pengalaman dalam menerapkan Agile.
2. Membaca Buku Seputar Agile dan Scrum
Cara lain untuk mempelajari hal yang baru adalah dengan memperbanyak referensi melalui membaca buku.
Sekarang ada banyak buku yang membahas tentang Agile atau pun scrum. Pengetahuan utama yang perlu kamu ketahui adalah tentang Agile manifesto dan prinsip Agile.
Ada beberapa buku rekomendasi untukmu belajar tentang Agile atau pun scrum. Buku tersebut adalah sebagai berikut:
- The Lean Startup, yang ditulis oleh Eric Ries.
- Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days, ditulis oleh Jake Knapp
- Agile Software Development Teams, ditulis oleh Christoph Schmidt
- Scrum Self Study: Persiapan Ujian Sertifikasi Scrum Master, buku ini ditulis oleh Agile Coach Ekipa bernama Ugeng Wijaya.
Itulah empat buku rekomendasi tentang Agile ataupun Scrum yang bisa memberikanmu gambaran secara langsung tentang penerapan Agile di perusahaan.
3. Mengikuti Kursus Tentang Agile dan Scrum
Adanya pandemi sebenarnya membawa hikmah tersendiri. Salah satunya apapun yang ingin kita pelajari sekarang ada di internet.
Banyak lembaga atau perusahaan yang menyediakan pelatihan atau kursus secara daring. Formatnya pun berbeda-beda, ada yang menggunakan webinar, video self-pace yang bisa diputar kapan saja dan dimana saja, atau pun berbentuk bootcamp online.
Nah, sekarang kamu tak perlu bingung untuk belajar Agile dan scrum karena Ekipa menyediakan e-learning yang membantumu belajar secara mandiri tentang Agile atau pun scrum.
Kamu bisa belajar tentang Agile leadership, scrum master, atau pun product owner. Cocok untuk pemula atau pun yang sudah berpengalaman.
Kamu juga bisa berlangganan e-learning dari Ekipa dengan memilih paket 12 months subscription. Tentunya akan jauh lebih hemat.
4. Bekerja di Lingkungan yang Agile
Learning by doing adalah salah satu cara belajar paling membekas bagi kita, karena dengan praktek secara langsung maka setahap demi setahap ilmu bisa terserap dengan baik.
Agar kamu bisa tahu lebih jauh tentang Agile ataupun Scrum maka kamu bisa mencoba bekerja di lingkungan yang Agile. Kamu bisa menemukannya di perusahaan berbasis teknologi atau perusahaan lainnya.
Kamu bisa melakukan riset dulu tentang budaya kerja sebuah perusahaan sebelum melamar. Salah satu ciri perusahaan yang menerapkan Agile adalah terdapat budaya yang mendukung inovasi.
Salah satu perusahaan yang menerapkan Agile tentunya adalah Ekipa sendiri. Ekipa sudah menerapkan Agile dan justru membantu perusahaan atau organisasi di Indonesia agar bisa menerapkan Agile dengan tepat.
Baca Juga: 5 Karakter yang Dibutuhkan untuk Membangun Tim yang Agile
5. Bergabung dengan Komunitas Agile dan Scrum
Cara asyik lainnya adalah dengan bergabung bersama komunitas Agile dan Scrum. Asyiknya berkomunitas adalah kita mempunyai teman yang satu visi.
Selain itu, dengan berkomunitas maka kita akan mendapatkan update info terbaru tentang dunia Agile.
Ekipa sendiri menjadi pioneer pembentuk komunitas Agile terbesar di Indonesia yang dinamakan Agile Circle. Nah, Ekipa tak berhenti untuk berinovasi, tahun ini ada fitur baru bernama Ekipa+.
Apa itu Ekipa+?
Ekipa+ ini adalah komunitas Agile yang dibentuk oleh Ekipa dan menghubungkan para anggotanya dengan para praktisi Agile tersertifikasi di channel slack ekslusif.
Ada banyak manfaat ketika bergabung di komunitas Ekipa+ seperti mendapatkan insight terbaru tentang Agile, jika kamu punya pertanyaan maka pertanyaanmu akan dijawab oleh para Agile Coach, kamu dapat priviledge untuk menghadiri exclusive event, dan masih banyak lagi.
Untuk kamu yang penasaran dengan Ekipa+ bisa cari tahu di cara bergabung dengan Ekipa+.
Kesimpulan
Jadi, dari lima cara asyik belajar tentang Agile, cara mana yang akan kamu coba? Apakah kamu akan mencoba semuanya? Tentunya lebih baik jika lima cara tersebut kamu coba.
Belajar Agile memang layaknya dengan belajar menguasai skill baru, kamu perlu niat dan tekad yang kuat serta konsistensi.
Selamat belajar Agile dengan menyenangkan dan siapkan dirimu menghadapi perubahan yang tidak pasti!