fbpx
Webinar
UNLOCKING COMPANY GROWTH THROUGH IMPACTFUL LEADERSHIP
X
  • Home
        • Agile Training
        • Learn and build the right mindset, skill, and culture to master agile through interactive training.

        • Agile Coaching
        • We will help you facilitate, train, mentor, and coach the team members to improve their agile understanding and implementation.

        • Agile Course
        • Sharpen your agile understanding through series of online courses at Ekipa.

        • Agile Transformation
        • Our Executive Agile Coach will help you respond to the fast-changing world by adjusting your way of working.

        • Venture Building
        • We help you build a momentum of innovation by co-creating startups with you.

        • IT Solution
        • We help businesses in Indonesia to build successful IT solutions through an agile team of software professionals.

  • Insights
        • About Communities
        • We have built engaging communities to trigger Agile and Innovation in Indonesia.

  • Careers
  • Start Agile
  • 00Hari
  • 00Jam
  • 00Menit
  • 00Detik
  • 00Hari
  • 00Jam
  • 00Menit
  • 00Detik

5 Karakter yang Dibutuhkan untuk Membangun Tim yang Agile

Kamu sudah paham apa itu agile dan ingin menerapkannya di dalam perusahaan atau tim. Kemudian muncul pertanyaan karakter orang seperti apakah yang dicari perusahaan untuk membangun tim yang agile?

Tenang, dalam artikel ini kamu akan menemukan jawabannya. Kami sering mendapatkan pertanyaan semacam itu dan inilah jawabannya.

Karakter yang Dibutuhkan dalam Membangun Tim yang Agile

Karakter yang dibutuhkan untuk membangun tim yang agile
Photo by fauxels from Pexels

Banyak orang berpikir tentang keahlian sebagai tambahan dari peran tradisional. Tantangannya adalah ketika kita mempekerjakan orang untuk karakter Agile, kita biasanya mengubah organisasi kita.

Transformasi berarti perubahan, inovasi, dan melakukan sesuatu secara berbeda. Jika kita melihat melalui lensa tradisional maka terlihat bahwa Agile sebagai sesuatu yang perlu diselesaikan. Ini akan pas dengan menambahkan beberapa keterampilan ke dalam info lowongan pekerjaan.

Eric Schmidt mendeskripsikan dengan baik dalam bukunya yang berjudul “How Google Works” saat dia membagikan tentang smart creative dari Google.

Apa itu yang dimaksud dengan smart creative? Dalam buku “How Google Works” smart creative didefinisikan sebagai orang yang bekerja bukan karena mengejar kompensasi berupa gaji.

Lantas apa tujuan para smart creative ini bekerja? Tujuannya ternyata adalah mengejar mengasah kemampuan untuk melakukan perubahan dan dampak positif bagi industri tempatnya bekerja.

Para smart creative ini bukanlah orang yang mencari-cari masalah, justru mereka adalah orang-orang yang menemukan solusi dari permasalahan utama.

Secara umum karakter orang yang dicari adalah mereka yang mau bekerja keras, mempertanyakan status quo, dan melakukan berbagai hal secara berbeda.

Itulah mengapa mereka dapat memberikan dampak sebesar itu.
Itulah juga mengapa orang-orang seperti mereka sangat sulit untuk diatur, terutama oleh aturan model lama.

Karena mereka tidak peduli bagaimanapun kamu mencoba mengatur, kamu tidak akan dapat memberi tahu orang-orang seperti itu bagaimana cara mereka harus berpikir.

Jika kamu tidak dapat memberi tahu seseorang bagaimana cara berpikir maka kamu harus belajar mengelola lingkungan kerja tempat mereka berpikir. Ciptakanlah tempat dimana mereka nyaman untuk berpikir.

Baiklah langsung saja, inilah empat karakter orang paling dicari untuk membangun tim yang solid dan juga agile.

1. Seorang Kreatif yang Cerdas dan Ahli di Bidangnya.

Karakter tim yang agile
Photo by RF._.studio from Pexels

Perpaduan kreativitas dan kecerdasan sesuai di bidangnya akan menghasilkan karya-karya mengagumkan.

Oleh karena itu, kamu perlu mencari mereka yang cerdas secara analitis.

Kenapa harus orang yang kreatif, cerdas, dan juga ahli di bidangnya?

Sesuai pengalaman kami yang telah terbiasa dengan banyak pengikut. Pengikut menganggap bos atau gurunya selalu benar.

Ketika semuanya jelas, baru kita ekseskusi. Ini menyiratkan bahwa aturan yang ditetapkan dari atas baik pemerintahan, perusahaan, atau tim tidak bisa diubah untuk pengikut.

Orang yang analitis tentunya akan bertanya mengapa demikian? mengapa aturan ini ditetapkan?

Mengapa pemimpin saya meminta saya melakukan X, sementara menurut saya Y adalah solusi yang lebih baik?

Mereka tak hanya mempertanyakan, tapi juga membagikan wawasannya.

Beberapa orang menyebut mereka yang suka bertanya dengan orang yang berpikir kritis. Mereka menjadi seorang kritikus, menantang asumsi, dan tidak peduli siapa yang memiliki asumsi atau aturan tersebut.

Mereka selalu mengacu pada data untuk menyampaikan suatu poin.

2. Cepat untuk Mengulang Ide dan Menyesuaikan dengan Hasil Datanya.

Orang yang Bereksekusi dengan data
Photo by fauxels from Pexels

Tahukah kamu ide itu hal yang murah? Ide pun tersedia di mana-mana jika kamu mau mencarinya. Hanya saja tak semua ide bisa berhasil, ada beberapa yang juga gagal untuk dieksekusi.

Jika berbicara tentang membangun tim yang Agile maka kamu harus paham bahwa kunci dari Agile adalah kemauan untuk belajar dan siap dengan kecepatan.

Ketika kamu dan tim mendapatkan ide, lakukanlah tindakan-tindakan kecil untuk mengeksekusi ide tersebut, pelajari hasilnya, dan kemudian lanjutkan atau ubah ide tersebut.

Contohnya seperti yang kami lakukan untuk salah satu klien kami, kami mendiskusikan tentang bagaimana menilai apakah seseorang cocok dengan Agile Squad yang ditugaskan padanya.

Kami berdiskusi singkat tentang ini dan melihat beberapa poin berikut:
a. 360 degree peer reviews
b. Performance review berdasarkan OKR
c. Assessment oleh scrum master
d. Self-assessment oleh masing-masing orang

Setelah sepuluh menit membahas apa yang mungkin atau pada bagian mana kami dapat melanggar kebijakan HR maka kami setuju untuk memilih poin a, c dan d sebagai bahan pertimbangan.

Apa itu 360 degree peer reviews?

Jadi bila dijelaskan secara ringkas maka 360 degree peer reviews adalah sebuah proses saling mendapatkan feedback dari sesama rekan kerja.

Bagaimana cara melakukan 360 degree peer reviews? Mudah saja sebenarnya.

Kamu bisa mulai dengan membuat survei. Bagikan survei tersebut kepada semua orang, Lakukan satu sesi singkat untuk menjelaskan tentang survei tersebut, dan lihat apa yang terjadi.

Asumsinya di sini adalah bahwa para smart creative akan segera memanfaatkan peluang untuk mendapatkan feedback dari rekan-rekannya. Hal ini akan menambah nilai pada diskusi penilaian dengan para manajer.


Kami setuju untuk mencoba penilaian ini selama bulan Maret 2021 ini. Kami melihat wawasan apa yang akan muncul dan kemudian mengulang proses dengan versi yang lebih baik di Q2.

Mereka para smart creative menciptakan solusi teknis untuk masalah bisnis. Mereka memahami pengguna dan apa yang diinginkan pengguna.

Mereka tidak merancang dan membangun solusi untuk ego mereka. Kasus bisnis dan umpan balik pengguna menjadi hal yang mereka cermati.

3. Membatasi Ide Baru dalam Arti Positif

Karakter yang mampu memilih ide
Photo by Aphiwat chuangchoem from Pexels

Karakter ini menjadi hal yang penting. Jika kita memiliki tim Agile di mana ide-ide tidak mengalir, katakanlah dalam sebuah rapat ada 8 orang dan hanya 2 orang yang berbicara maka kita tidak akan tumbuh sebagai sebuah tim.

Kita membutuhkan semua orang untuk mengajukan pertanyaan, menambahkan ide-ide baru untuk melakukan sesuatu secara berbeda.

Ide-ide yang dianggap buruk pun tak jadi masalah selama ada aliran kreativitas di situ.

Penjelasan tentang ide ini sederhananya adalah tentang bagaimana seseorang menerjemahkan “apa” menjadi “bagaimana”?

Maksudnya bagaimana? Jadi, maksudnya apakah dia akan menunggu kamu untuk memberinya “bagaimana” caranya. Atau dia langsung mengeksekusi bahkan tanpa meminta izin sesaat setelah kamu menjelaskan apa yang kamu butuhkan.

Seringkali hal ini memang sulit untuk dikelola.

Mereka para smart creative adalah orang yang sering kali merasa frustrasi dalam rapat karena mereka sudah menemukan solusi sebelum agenda dibacakan.

4. Self-directed dan Suka Berkolaborasi

tim yang suka berkolaborasi
Photo by Christina Morillo from Pexels

Apa yang membedakan lingkungan Agile dengan non-Agile? Perbedaannya ada pada karakter self directed atau self-organized.

Bagaimana, sih, orang yang memiliki karakter self-directed dan self-organized? Mari kita langsung masuk pada contoh kasusnya saja agar kamu mudah untuk memahaminya.

Katakanlah dalam sebuah rapat terkait peluncuran produk baru.

“Mari kita mulai mempromosikan produk baru minggu ini.” Ajak seorang leader.

“Hebat, saya akan membuat penawaran harga khusus, membuat lima poster promosi, bersama dengan dua posting blog yang menjelaskan mengapa produk ini dibutuhkan.” Salah seorang anggota tim menawarkan diri.

Kemudian yang lain menambahkan, “Ngomong- ngomong, saya telah menambahkan Google Analytics ke LinkedIn pribadi Anda. Jadi, ketika saya mem-posting artikel ini tolong berikan akses login ke akun Anda. Saya akan melihat siapa yang meng-klik artikel tersebut dan saya akan membagikan datanya pada hari Jumat.”

Orang-orang seperti itulah yang memberikan kenyamanan kepada seorang pemimpin.

Tak hanya itu, mereka pun terus memberi informasi terbaru sepanjang minggu tentang apa yang mereka capai atau bantuan apa yang mereka butuhkan.

Dalam kenyataannya memang mereka tidak selalu mencapai hasil yang diinginkan. Jika mereka belum bisa mencapainya maka mereka akan memberi tahu kendalanya dan berbagi wawasan tentang apa yang mereka pelajari dan menemukan cara untuk melakukan sesuatu secara berbeda di kemudian hari.

5. Memiliki Keterampilan Berwirausaha

karakter wirausahawan
Photo by ThisIsEngineering from Pexels

Kalau kamu bertanya dari lima karakter ini mana yang paling tinggi prioritasnya?

Maka jawabannya adalah seseorang yang memiliki keterampilan berwirausaha. Keterampilan berwirausaha inilah yang akan membawa angin segar dalam perubahan Agile.

Apa saja yang termasuk dalam keterampilan berwirausaha? Di dalamnya ada keberanian, visi, kekuatan eksekusi, kreativitas, dan juga kepemimpinan.

Dalam transformasi apa pun, kami membutuhkan wirausahawan yang Agile. Orang ini mendorong perilaku yang benar dan memastikan kita mendapatkan orang yang tepat dan Agile.

Masih ingat dengan Eric Schmidt sang penulis buku “How Google Works”? Perhatikanlah bagaimana kata-kata Eric mampu menarik perhatian pengusaha yang Agile.

Hal yang paling utama dan menjadi harapan kami adalah kami dapat memberimu ide dan alat untuk membangun sesuatu yang baru. Ketika kami mengatakan kamu maka yang kami maksud kamu sebagai seorang pengusaha.

Kamu yang ada di luar sana.

Kamu yang mungkin belum menganggap diri Anda sebagai seorang pengusaha, tetapi sejatinya kamu adalah seorang pengusaha.

Kamu punya ide yang dengannya yakin akan mengubah segalanya;

Kamu yang mungkin memiliki prototipe, atau bahkan versi pertama dari suatu produk.

Kamu yang cerdas, ambisius, dan tinggal di ruang konferensi, garasi, kantor, kafe, apartemen, atau kamar asrama, entah sendirian atau dengan tim kecilmu.

Kamu yang memikirkan idemu bahkan ketika kamu seharusnya melakukan sesuatu yang lain, seperti belajar, melakukan pekerjaan harian, atau menghabiskan waktu bersama anak dan pasanganmu.

Kamu yang akan meluncurkan usaha baru.

Dan ketika kami mengatakan ‘ventura’, kami tidak membatasi diri pada startup teknologi yang mengelilingi kami di Silicon Valley.

Karyawan lebih banyak berharap dari perusahaan mereka sekarang, dan mereka sering tidak mendapatkannya.

Ini adalah peluang: prinsip yang kita bicarakan berlaku untuk siapa saja yang mencoba memulai usaha baru atau inisiatif baru, baik dari awal atau dari dalam organisasi yang ada.


Mereka tidak hanya untuk pemula, dan mereka tidak hanya untuk bisnis dengan teknologi tinggi.


Faktanya, ketika pemimpin yang terampil dapat memanfaatkan semua aset besar dari sebuah organisasi yang sedang berjalan, organisasi tersebut dapat memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sebuah perusahaan baru.


Jadi hanya karena kamu tidak memiliki hoodie dan cek senilai puluhan juta dari pemodal ventura, itu bukan berarti kamu tidak dapat membuat hal besar berikutnya.


Hal yang kamu butuhkan hanyalah wawasan bahwa industri kamu sedang bertransformasi dengan cepat, keberanian untuk mengambil risiko dan menjadi bagian dari transformasi itu, serta kemauan dan kemampuan untuk menarik orang-orang kreatif terbaik dan memimpin mereka untuk mewujudkannya.

Nah, itulah lima karakter orang yang biasanya dicari dalam rangka membangun tim yang Agile. Ingin tahu lebih dalam tentang Agile dan bagaimana Agile membantu kamu dan perusahaan mencapai tujuan?
Ayo berlangganan di Ekipa LMS sekarang!

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Open chat