Pertanyaan ini saya dapatkan ketika sedang mengawal proyek di sebuah perusahaan sebagai Agile Coach. Secara umum agile team berbeda dengan traditional team.
Agile team adalah tim yang mana setiap anggotanya diharapkan bisa self-organized saat mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan di dalam traditional team, seringkali tim masih tergantung kepada arahan-arahan yang diberikan oleh atasannya dan kurang diberikan kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Selain bisa menentukan sendiri cara-cara untuk menyelesaikan pekerjaan, ternyata ada hal-hal lain yang membuat agile team merasa nyaman dalam bekerja. Apa sajakah itu?
1. Kolaborasi Antar Fungsi
Di dalam traditional team, umumnya individu hanya fokus dengan pekerjaannya masing- masing dan cenderung silo sehingga kurang peduli ketika ada rekan dari departemen lain yang membutuhkan bantuan.
Sedangkan di dalam agile team, kerjasama dengan rekan yang berasal dari departemen lain, membuat mereka bisa lebih memahami sudut pandang yang berbeda, bekerja sama dan saling berbagi pengetahuan. Dengan demikian tujuan lebih mudah dicapai.
2. Budaya Umpan Balik
Sejak proyek dimulai, sudah disamakan pandangan bahwa tujuan menjalankan proyek ini tidak hanya untuk menghasilkan kualitas produk yang baik, tapi juga untuk pengembangan diri anggota timnya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan membangun budaya umpan balik.
Ada istilah tidak boleh ‘baper’ kalau ada rekan lain yang memberikan masukan, karena berarti mereka ingin membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, “feedback is a gift“.
Dengan demikian setiap individu akan selalu berusaha memperbaiki diri ke arah yang lebih positif.
3. Situasi Pembelajaran yang Menyenangkan
Tidak jarang ada anggota tim yang membawa snack atau makanan ringan ketika sedang daily scrum atau pertemuan lainnya, sehingga suasana menjadi rileks dan anggota team semakin terbuka dalam menyampaikan ide-ide dan kendala selama menjalankan proyek.
Selain itu sering dilakukan ice breaker atau game kecil, misalnya saat retrospective sehingga tercipta kedekatan dan relasi yang lebih baik antar anggota tim.
Di tim yang saya dampingi, ada satu kesepakatan yang menarik antar anggotanya, yaitu kalau ada yang terlambat maka orang tersebut tidak dihukum, tapi harus membuat MoM (Minutes of Meeting) pada pertemuan hari itu.
Dampaknya sekarang hampir semua anggota tim selalu datang tepat waktu, dan konsekuensi yang diberikan bermanfaat bagi tim.
4. Apresiasi Terhadap Pencapaian
Di setiap review yang dilakukan, selalu ada apresiasi terhadap tim yang berhasil mencapai goalnya. Bukan hadiah berupa materi, melainkan tepukan di bahu, ucapan ‘well done‘ dan terima kasih dari product owner, sehingga membuat tim merasa dihargai dan ingin terus melakukan yang terbaik di sprint selanjutnya.
Nah, itulah beberapa hal yang terangkum dalam sesi retrospective bersama tim. Mereka menjadi termotivasi dalam menjalankan proyek, produktivitas pun meningkat.
Menurut teman-teman, apa lagi enaknya bekerja di dalam agile team? Share pendapat kalian di kolom komentar ya!
Jangan lupa untuk belajar tentang agile lebih dalam lagi di e-learning Ekipa, ya! Kalau ingin bisa berinteraksi langsung dengan Agile Coach pada sesi Open Call Coach, kamu bisa bergabung dengan ekipa+ ya.